Cara gampang tidur di Parlemen (artikel) ini saya tuliskan sebagai ungkapan rasa prihatin yang mendalam terhadap kredibilitas dan akuntabilitas Parlemen kita saat ini. Hal mana semuanya ini paling tidak merupakan indikasi tentang cara gampang-nya mereka memaknai serta mengimplementasikan proses-proses reformasi yang telah diperjuangkan sedemikian hebatnya di tahun 1998 lalu. Implementasi atau pelaksanaan proses reformasi saat ini telah jauh melenceng dari asas serta tujuan awalnya, bahkan cenderung telah berubah fungsi menjadi repot-nasi. Di mata saya pribadi, reformasi (untuk saat ini) tak ubahnya hanya berupa proses bagi-bagi kue kekuasaan (politik), sama sekali tidak memperhatikan nasib rakyat kecil (rakyat miskin) yang semakin menderita (lahir-batin).
Foto di atas setidaknya mengindikasikan adanya penyelewengan kepercayaan serta pengkhianatan terhadap hati nurani rakyat jelata seperti saya ini (yang sering atau banyak kali terjadi di Parlemen kita). Betapa tidak, di luar sana, sebagian rakyat kecil berjuang dengan berdarah-darah serta mengucurkan keringat maupun mempertaruhkan segenap nyawanya demi memperjuangkan harga bbm agar tidak naik, namun di dalam sini Sang Anggota Dewan yang terhormat dengan "lebay"nya tertidur lelap di ruang sidang. Sungguh ini merupakan suatu hal yang memprihatinkan. Sangat-sangat memprihatinkan.
Memang secara aturan di Parlemen, hal ini tidak dapat dikategorikan melanggar aturan atau tata-tertib (karena dilakukan pada saat sidang di skors). Tapi bagaimana dengan masalah etika serta moral seorang yang menyebut dirinya wakil rakyat dan menjadi anggota Dewan yang terhormat. Bagaimana kecewanya anggota-anggota masyarakat yang diwakilinya saat melihat wakilnya seperti ini ? Pertanyaan lanjutan yang perlu disimak adalah : "Apakah ruang sidang Parlemen juga dapat berfungsi sebagai ruang tidur para anggota Dewan ?". Tidakkah ada tempat atau ruangan lain yang dapat dipergunakan untuk istirahat atau tidur saat sidang di skors ? Walau ditutupi dengan berbagai macam dalih atau alasan pembenar, namun jelas-jelas saya katakan di sini : Hal tersebut melanggar etika serta moral dalam berbangsa dan bernegara.
Satu hal yang dapat kita jadikan bahan perbandingan adalah : Sang Menteri Dalam Negeri begitu getolnya memperingatkan (secara keras) atau bahkan cenderung akan menjatuhkan sanksi terhadap para Kepala Daerah atau Wakilnya, yang turun ke jalan untuk ikut demonstrasi "anti kenaikan harga BBM". Padahal dalam hal ini mereka jelas-jelas memperjuangkan nasib rakyat miskin/rakyat kecil seperti saya ini. Namun di sisi lain terjadi hal yang kontradiktif yaitu tidur lelap di Parlemen saat rakyat berjuang untuk "menolak kenaikan harga BBM". Sangat-sangat kontradiktif, 'Sang Pejuang Rakyat' mendapat tegoran keras dan sanksi, sementara 'Sang Penidur' dapat melenggang dengan santainya tanpa memperoleh tegoran sedikitpun.
Akhir kata, sepertinya bangsa ini tidak lagi membutuhkan politisi-politisi karbitan yang dapat duduk di kursi kekuasaan dengan mengandalkan 'tumpukan rupiah' serta 'relasi politik' yang kuat. Bangsa ini membutuhkan politisi-politisi yang memang berkarakter dan berkualitas serta memiliki mental pejuang ke-rakyat-an dan bukan mental pejuang kepartaian atau golongan.
S e m o g a.
Ditulis oleh : J.B. Tjondro Purnomo ,SH
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 1986
udah eneg gan sama anggota DPR..
BalasHapuskemaren ane baca vena melinda 3 tahun di DPR udah naik berat badannya, petanda sering tidur-makan-tidur tuh hehe..
coba mereka ke hutan atau jadi tukang sampah seminggu pasti kurus kering