Majapahit banyak di klaim, banyak orang mengaku tahu tentang Majapahit, banyak juga yang menolak Majapahit, bahkan dikatakan sebagai suatu "kebohongan sejarah". Ada juga yang mengklaim diri sebagai Raja Majapahit-Bali.
Tulisan kali ini dan kali berikutnya akan mencoba membuka wawasan tentang Majapahit yang sebenar-benarnya sebatas pengetahuan, penyelidikan sumber-sumber sejarah serta perjalanan 'spiritual-Majapahit' yang telah penulis lakukan sejak tahun 2002, baik secara pribadi maupun berkelompok.
Hal pertama yang penulis temui adalah banyaknya 'penyesatan-penyesatan' yang penulis temui di lapangan, baik berupa 'penyesatan-situs', 'penyesatan-informasi' maupun 'penyesatan-sejarah' yang secara lambat laun namun pasti akan mengaburkan fakta-fakta sejarah Majapahit. Terus terang dalam hal ini penulis menemukan berbagai ragam motivasi yang mendasari penyesatan-penyesatan tersebut, mulai dari motivasi pribadi, motivasi kelompok sampai dengan motivasi sosial-ekonomis. Kebanyakan yang mereka jadikan dasar untuk menulis adalah berita-berita tradisi yang pasti diragukan kebenarannya.
Tersebutlah situs Siti Hinggil,
yang di dalamnya terdapat lima buah makam, yang diklaim sebagai makam
R. Wijaya beserta ke empat isterinya yang nota-bene adalah puteri raja
Singosari akhir, Kertanegara.
R. Wijaya yang sebenarnya bernama Nararya Sanggramawijya (sumber : prasasti Kertarajasa Jayawardhana yang ketiga, bertarikh 1305 M) dengan gelar kebangsawanannya Sri Kertarajasa Jayawardhana
adalah seorang pemeluk agama Siwa-Budha yang taat. Hal ini adalah
sesuai dengan arca pendewaan beliau yang berupa arca Hari-hara yang
merupakan sinkretisme dari Hindu dan Budha. Arca pendewaan ini dahulu terdapat atau diketemukan di kawasan Candi Simping atau Candi Sumberjati, di daerah Blitar, Jawa Timur.
Kakawin Negarakertagama di dalam pupuh XLVII/3 menjelaskan : ".. tahun Saka Surya mengitari tiga bulan (1231 S) Sang Prabhu mangkat, ditanam di dalam pura Antahpura, begitu nama makam beliau, dan di makam Simping ditegakkan arca Siwa". Dari penuturan pupuh ini jelas disebutkan dua makam Sanggramawijaya yang disebut dengan pura Antahpura dan makam Simping. Berbicara perihal pura Antahpura ini, sampai saat ini para arkeolog Indonesia belum dapat mendefinisikannya secara pasti dimana letaknya serta bagaimana bentuknya. Namun, solusi pertama untuk pencariannya hendaknya dikaitkan dengan ibukota-pertama kerajaan Majapahit yang terletak di wilayah hutan orang Terik. Hal ini sesuai dengan identifikasi lokasi pertama pendirian desa Majapahit yang merupakan cikal-bakal kerajaan Majapahit.
Candi makam Simping
Candi makam Simping, sampai saat ini masih dapat kita temukan sisa-sisa reruntuhannya yang berada di wilayah Desa Sumberjati, Blitar Jawa Timur. Diantara puing-puing reruntuhan candi, dapat kita temukan beberapa artefak-artefak yang mencirikan kerajaan Majapahit-awal, diantaranya makara, relief-relief majapahitan, yoni berhias kura-kura (bulus) dan lain sebagainya. Kakawin Negarakertagama dalam pupuh LXI/4 serta pupuh LXII/1 menuturkan perihal Candi makam Simping ini berturut-turut secara demikian :
"... meninggalkan Lodaya menuju desa Simping, ingin memperbaiki
candi makam leluhur, menaranya rusak, dilihat miring ke barat, perlu
ditegakkan kembali agak ke timur .." (pupuh LXI/4).
"... perbaikan disesuaikan dengan bunyi prasasti yang dibaca lagi,
diukur panjang lebarnya ; di sebelah timur sudah ada tugu, asrama
Gurung-gurung diambil sebagai denah candi makam, untuk gantinya
diberikan Ginting, Wisnurare di Bajradara". (pupuh LXII/1).
Dari uraian ketiga pupuh di atas dapatlah kita simpulkan bahwa :
- Makam Sanggramawijaya (R. Wijaya) bernama pura Antahpura dan candi Simping.
- Prabhu Hayam Wuruk dalam masa pemerintahannya pernah melakukan perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi pada candi makam Simping sebagai dinyatakan dalam Negarakertagama pupuh LXI/4.
- Perbaikan candi makam Simping ini dilaksanakan dengan mengambil acuan denah asrama Gurung-gurung sebagai dinyatakan dalam Negarakertagama pupuh LXII/1.
- Candi makam Simping ini disebutkan dengan jelas sebagai candi makam leluhur.
Dengan demikian nyatalah kepada kita bahwa makam Sanggramawijaya (R. Wijaya) yang hingga saat ini masih dapat kita temukan adalah berupa reruntuhan Candi Simping atau Candi Sumberjati, Blitar, Jawa Timur.
Bersambung .....................bagian kedua
0 komentar:
Posting Komentar
==> Silahkan meninggalkan komentar, jangan OOT, No Spam, No SARA
==> Jangan berkomentar dengan modus Anonimous
==> Jangan promosi produk, No Pornografi, No link-aktif
==> Jika ingin mendapatkan backlink, gunakan modus Name/Url
==> Mohon maaf bila ada keterlambatan balasan komentar anda.